TIMES LOMBOK, LOMBOK UTARA – Pada momentum hari pendidikan nasional (Hardiknas), terdapat sosok pahlawan pendidikan yang berada di desa pelosok bergerak menjadi pegiat literasi yang terus mencerdaskan anak-anak di kampung pedalaman di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara (KLU). Sosok itu adalah Asuddin yang berasal dari Dusun Dasan Tutul Bayan, Desa Bayan.
Asuddin menjadi sosok bapak literasi di desanya dengan memanfaatkan motor tuanya berkeliling setiap sore membawa gerobak buku bacaan dan iqro untuk mencari perkumpulan anak-anak di tempat pedalaman.
"Rutinitas ini saya jalani setiap sore berkeliling ke anak-anak pedalaman," ujarnya kepada TIMES INDONESIA, Jumat (2/5/2025).
Dengan beralaskan tarpal atau tikar di samping sungai, lapangan, kebun. Bahkan di sawah, anak-anak dengan semangat dan gembira membuat lingkaran, dengan berbagai macam kegiatan diantaranya, mengaji, baca buku, bergambar, bercerita dan main-main.
Dari kampung ke kampung, dusun ke dusun bahkan sampai antar desa di kampung pedalaman, Asuddin menemukan berbagai macam latar belakang anak-anak yang ditemukan di lapangan.
"Ada anak yang tidak dapat mengenyam pendidikan formal di sekolah, ada anak yang tidak diperhatikan oleh orang tuannya, ada anak putus sekolah dan anak-anak yang belum bisa baca tulis," tuturnya pria yang berprofesi sebagai petani dan tukang bangunan ini.
Dengan semangat dan tekad yang besar berbakti pada negeri dan bisa menjadi orang yang bermanfaat.
Asuddin selalu konsisten menjaga cahaya literasi, Komunitas yang dimulainya dari tahun 2018 yang bernama "Perpustakaan Keliling Berugak Lombok".
"Saya dapat buku ini dari sumbangan orang, termasuk juga motor roda tiga. Ini saya dapatkan jauh sebelumnya saya sudah menjadi penggiat literasi," jelasnya.
Dengan keikhlasan dan tekad yang kuat membangun peradaban melalui pendidikan.
Asuddin dengan perpustakaan kelilingnya mendapatkan berbagai macam dukungan. Sehingga banyak dilirik dan dimintai untuk membangun kerja sama dalam memajukan pendidikan.
"Kegiatan literasi ini sudah lama saya tekuni sebagai komitmen memajukan pendidikan, dan pernah bekerja sama dengan Kantor Bahasa NTB dan BPMP NTB," ungkapnya.
Kerja sama ini akhir tahun 2024 awal berdirinya (Desa Literasi) untuk terus meningkatkan kualitas literasi dan pendidikan.
"Desa Bayan dijadikan sebagai Desa Bayan Bercahaya atau Desa Literasi. Desa pertama dan satu-satunya di Provinsi Nusa Tenggara Barat menjadi Desa Literasi," katanya.
Desa Bayan bisa menjadi contoh salah satu cara untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap Indonesia melalui literasi. Bahwa membangun peradaban para generasi Emas Indonesia tahun 2045 harus dimulai dengan penguatan pendidikan dari desa ke desa.
Asuddin selalu menggaungkan rasa cinta Tanah Air dengan aksi nyata. Aksi nyata yang dimaksudnya adalah berani terjun ke lapangan untuk melihat kondisi pendidikan, sehingga perannya sebagai relawan literasi bisa berdampak dan bermanfaat.
"Aksi nyata kni sebagai rasa cinta tanah air," tegasnya relawan literasi ini. (*)
Pewarta | : Hery Mahardika |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |