https://lombok.times.co.id/
Berita

Pilkada Lombok Utara 2024, Pemilih Paslon NK Cenderung Bergeser ke MJA

Rabu, 13 November 2024 - 15:43
Pilkada Lombok Utara 2024, Pemilih Paslon NK Cenderung Bergeser ke MJA Tiga Paslon Bupati Lombok Utara adu visi-misi pada sesi debat terbuka. (Foto : Hery Mahardika/TIMES Indonesia)

TIMES LOMBOK, LOMBOK UTARA – Pemilih pasangan calon (Paslon) Bupati Lombok Utara nomor urut 1, Dr. TGH. Najmul Akhyar, SH.,MH dan Kusmalahadi Syamsuri, ST.,MT (NK) mulai bergeser ke Paslon Bupati Lombok Utara nomor urut 3, Dr. TGH. Lalu Muhsin Efendi, LC.,MA dan H Junaidi Arif, SP (MJA) menjelang hari pencoblosan 27 November di Pilkada Lombok Utara 2024

Kedua paslon ini menjadi perbincangan di tengah masyarakat karena faktor calon bupati yang memiliki beberapa kesamaan kekuatan, di antaranya berasal dari wilayah barat di Kecamatan Pemenang, memiliki basis organisasi keagamaan, memiliki pondok pesantren, berlatar belakang akademisi, berlatar belakang ulama.

Dari beberapa kesamaan inilah yang membuat masyarakat di Lombok Utara menimbang-nimbang dalam menentukan pilihannya dalam waktu dekat menjelang hari pencoblosan sesuai penelusuran TIMES INDONESIA di beberapa desa di Kecamatan Pemenang. 

Seperti yang diungkapkan Ketua RT 03 Dusun Muara Putat, Desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang, Jalaludin. Di warga RT-nya mengenal dua tokoh ulama yang berasal dari Kecamatan Pemenang yaitu TGH Najmul dan TGH Muhsin.

"Kalau di sini menyebut singkatannya masyarakat tidak tahu, tapi kalau menyebut Tuan Guru Najmul dan Tuan Guru Muchsin maka masyarakat mengenal sekali," ungkapnya, Selasa (12/11/2024).

Paslon-Bupati-Lombok-a.jpgDr. TGH. Lalu. Muchsin Efendi, LC.,MA bersama wakilnya disambut sumringah masyarakat. (Foto : Hery Mahardika/TIMES Indonesia)

Kedua tokoh ini dikenal luas oleh masyarakat karena kerap mengisi pengajian dan memiliki basis keulamaan yang kuat. Hanya saja yang membedakan, TGH Najmul pernah menjabat sebagai Wakil Bupati dan Bupati Lombok Utara, sementara TGH Muchsin baru pertama kali maju di dunia politik.

"Jadi, posisi suara Paslon nomor 1 dan nomor 3 saling kejar-kejaran, meski nanti suara TGH Najmul lebih tinggi suaranya karena diingat pernah ke sini ketika menjabat," katanya.

Salah satu warga bernama Sanusi menginginkan perubahan sehingga pilihannya sekarang mencoblos nomor urut 3. Ia ingin orang yang baru memimpin Lombok Utara supaya tidak itu-itu saja yang memimpin.

"Kepengen melihat Lombok Utara maju biar tidak begini-begini saja, kita coba yang baru, banyak juga masyarakat yang menginginkan itu," katanya pengembala sapi yang sedang ngarit rumput ini. 

Sementara di RT 02 Dusun Karang Baro, Desa Pemenang Timur masyarakat lebih banyak tidak berkomentar karena TGH Najmul dan TGH Muchsin merupakan satu rumpun keluarga sehingga lebih pada menjaga kerukunan keluarga. Terlebih TGH Muchsin menjadi tokoh utama di wilayah kota Pemenang. 

"TGH Muchsin dan TGH Najmul ada hubungan keluarga sehingga banyak masyarakat lebih pada posisi diam sesuai perintah para tokoh," ungkapnya Ketua RT 02, Hasbullah terpisah.

Namun, di wilayah Pemenang kota kecamatan ini sebagai basis utama TGH Muchsin karena pondok pesantren, Ketua Takmir Masjid Jami', keluarga besar. 

"Jadi, masyarakat di sini lebih pada posisi tidak banyak berkomentar, nanti dibuktikan pas pencoblosan saja," terangnya.

Paslon-Bupati-Lombok-b.jpgDr. TGH. Najmul Akhyar, SH.,MH disambut sumringah masyarakat. (Foto : FB Achend/Relawan NK)

Hal ini sama juga dikatakan Ketua RT 01 Dusun Karang Baro, H Zohdi menyatakan, masyarakat di wilayah Pemenang kota lebih banyak menjaga hubungan kekeluargaan namun di sini lebih banyak ke TGH Muchsin karena masyarakat menginginkan yang baru, sebab TGH Najmul sudah diberikan kesempatan tiga kali yaitu pernah menjadi Wakil Bupati, Bupati, dan pernah maju di Pilkada 2020 namun kalah. 

"Dan kami di sini lebih banyak memberikan kesempatan kepada TGH Muchsin," ungkapnya.

Sementara itu seorang warga bernama Sahrul RT 02 Dusun Karang Subagan Desa Pemenang Barat. Antusias masyarakat dalam partisipasi memilih dirasakan tinggi karena ada wajah baru yang dilihat, tidak melulu itu-itu saja. 

"Sekarang ini kita bisa lihat ada wajah baru, tidak itu-itu saja dari dulu," ucapnya.

Pilkada sebelumnya kerap masyarakat tegang karena terjadi TGH Najmul dan Djohan saling bermusuhan. Namun, sekarang tidak lagi sehingga masyarakat memiliki pilihan yang lain.

"Di sini banyak membicarakan nomor 3, karena baru dan belum pernah menjabat sehingga kami punya harapan," katanya.

Mengapa tidak kembali memilih TGH Najmul, menurut Sahrul karena selama menjabat sebagai wakil bupati maupun bupati tidak ada perkembangan apa-apa di wilayah Pemenang sebagai pintu masuk pariwisata.

"Kalau wilayah timur mungkin banyak berubah, sementara di wilayah barat begini-begini saja dari dulu, mungkin kita punya harapan di baru ini," katanya.

Ia melihat kondisi di lapangan di Kecamatan Pemenang sudah tidak lagi identik dengan basis Najmul seperti Pilkada sebelumnya, sementara sekarang sudah ada tokoh utama asli Pemenang yang muncul yaitu TGH Muchsin.

"Bila dulu Pemenang identik dengan pak Najmul, kalau sekarang sudah tidak lagi karena ada TGH Muchsin," tegasnya.

Ia pun memprediksi suara terbanyak di Kecamatan Pemenang ini akan didapatkan TGH Muchsin bisa mencapai 60 persen. Bila semakin masif pergerakan keluarganya dengan basis pondok pesantren bisa tembus 70 persen. 

"Ini dipengaruhi karena banyak menginginkan yang baru," katanya.

Sementara warga Dusun Bentek Desa Menggala bernama Nihar menyatakan, belum lama ini TGH Muchsin pernah turun kampanye di sini di basis pondok pesantren TGH Najmul yang dihadiri banyak orang dari warga dusunnya. 

"Di sini dulu suara pak Najmul banyak, kalau sekarang sudah banyak ke TGH Muchsin," ucapnya. 

Seorang warga di Dusun Montong Bae Desa Pemenang Barat, Gede Wisnu menyatakan, kalau di dusunnya belum ada menyasar anak-anak muda, dirinya hanya mengetahui lewat medsos, yang ramai dibicarakan TGH Najmul dan TGH Muchsin, sedangkan Danny tidak dikenal.

"Di sini masih bersaing ketat antara TGH Najmul dan TGH Muchsin. Kalau masyarakat di sini ingat TGH Najmul pernah menjabat, sehingga RTG katanya akan diberikan lagi. Kalau TGH Muchsin belum ada janjikan apa-apa," ungkapnya.

Lalu penelusuran dilanjutkan ke RT 4 Dusun Mentigi Desa Malaka, seorang warga bernama Ria menyatakan, warga di sini lebih banyak ke Paslon nomor urut 2, Danny-Zaky karena pernah ke dusunnya dan bertemu langsung.

"Kalau masyarakat di sini bebas sih, ada yang ke nomor 1, nomor 2, dan nomor 3, namun paling banyak di sini ke nomor 2 karena pernah ke sini," katanya. 

Ketua RT 03 Dusun Mentigi, Hamzah mengungkap, di Dusun Mentigi lebih banyak membicarakan Paslon nomor urut 1 dan nomor urut 2, alasannya Paslon nomor 1 sudah mengenal TGH Najmul, sedangkan nomor 2 pernah turun kampanye.

"Jadi, pilihan masyarakat dua itu, kalau tidak nomor 1, iya nomor 2," ungkapnya.

Selain itu juga masyarakat di sini tidak lagi fanatik satau dukungan seperti sebelumnya, sekarang sudah bebas memilih dan siapapun yang masuk.

"Intinya siapa yang pernah datang ke sini, itu yang dipilih," tegasnya.

Sementara itu warga RT 01 Dusun Kecinan Desa Malaka, Muhaimin mengungkapkan, di masyarakat banyak mengarah ke MJA dan DZ namun lebih banyak pemilih silent, sebab pendukung NK banyak menggunakan kekuasaan mulai dari perangkat desa, bos-bos tempat bekerja masyarakat.

"Di sini banyak ingin perubahan, wajah baru, tapi lebih banyak karena banyak intimidasi kekuasaan, tidak menyuarakan secara terang-terangan," ungkapnya.

Di Paslon NK sangat erat kekuasaan, karena wakilnya putra dari Bupati Lombok Utara sehingga intruksi intimidasi kencang melalui perangkat desa, kontraktor, dan owner usaha di kawasan Malaka.

"Jadi, takut bersuara banyak intimidasinya kencang," ungkapnya.

Sementara itu, tokoh pemuda Lombok Utara, Juanda Ali Sahbana mengatakan, anak-anak muda Lombok Utara sangat menyayangkan founding father Lombok Utara membangun dinasti politik secara berjamaah pada usia 16 tahun Lombok Utara.

"Bila melihat dinamika politik di Lombok Utara saat ini masih belum saatnya dijadikan politik semacam ini," tegasnya Ketua Keluarga Mahasiswa Hukum (KMH) Lombok Utara Fakultas Hukum Unram, Rabu (13/11/2024).

Bila dinasti politik dibangun secara berjamaah tingkat lokal tentu tingkat nasional tidak bisa diselesaikan, sementara penolakan dinasti politik menjadi agenda besar anak-anak mahasiswa.

"Di Lombok Utara yang membangun dinasti politik ini senior-senior aktivis secara berjamaah. Kita sayangkan sekali," tegasnya.

Dari sisi pembangunan sangat luar biasa, walau dikatakan kabupaten baru banyak perubahan yang dilakukan dengan sirkulasi pemerintahan orang-orang ini. 

"Lombok Utara tidak terlepas dari kontribusi anak-anak muda, bila ini dicontohkan tentu merusak generasi berikutnya," geramnya.

Oleh karena itu, ia mengajak seluruh masyarakat Lombok Utara menyetop dinasti politik yang dibangun berjamaah para founding father Lombok Utara.

"Kami teman-teman mahsiswa terus menyuarakan menyetop dinasti politik di tingkat lokal," katanya.

Sementara itu, menurut pengamat politik dari Akademisi UIN Mataram, Abdul Karim melihat grafik masyarakat Lombok Utara menginginkan pemimpin yang baru. Karena msyrakat Lombok Utara memiliki banyak catatan atas menyatunya dua rival politik antara Djohan Sjamsu dan Najmul bukan atas dasar kepentingan namun lebih pada menuntaskan beban-beban politik yang belum tuntas.

"Kalau saya melihat semua punya potensi, terutama wajah baru. Sebab, masyarakat Lombok Utara lagi trending menginginkan perubahan," terangnya terpisah. 

Dari ketiga paslon, salah satu program yang menarik bagi masyarakat Lombok Utara yaitu program dusun mandiri yang digagas MJA. Sementara paslon lain lebih terlihat sebagai masa lalu, yang harus menuntaskan beban politik seperti kasus air bersih di Gili, penyelesaian rumah tahan gempa (RTG), satu desa satu dokter, mencetak wira usaha baru. 

 "Hal inilah menjadi catatan masyarakat secara diam, yang ingin disampaikan pada hari pencoblosan nanti," katanya mantan komisioner KPU Lombok Utara ini.

Tidak semua masyarakat di Lombok Utara melek terhadap media sosial, masyarakat memiliki rasa dendam atas ketidakadilan yang mereka alami, mengapa diperlakuan begitu.

"Di Lombok Utara tidak semua pemilih umbar, sebagian besar masyarakat di Lombok Utara tidak mengetahui soal medsos," tegasnya.(*)

Pewarta : Hery Mahardika
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Lombok just now

Welcome to TIMES Lombok

TIMES Lombok is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.